Dalam acara Diskusi Ekonomi Bulanan Jurusan IESP FEB ULM yang mengangkat tema PDRB Hijau di Kalimantan Selatan: Mungkinkah?, Anshar Nur mengemukakan pentingnya perumusan Produk Domestik Bruto yang ramah terhadap manusia dan lingkungan, serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi berdasarkan pendekatan PDB dan PDRB konvensional tidak mencerminkan dan tidak menjamin kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pendekatan alternatif melalui PDRB Hijau sangat relevan untuk diusung.
Menurut Anshar Nur, PDRB Hijau adalah pendekatan perhitungan PDRB dengan memasukkan nilai deplesi dan degradasi sebagai nilai penyusutan sumber daya alam dan lingkungan. Adanya penyusutan inilah yang kemudian harus dibayar oleh pihak yang memanfaatkan SDA tersebut kepada masyarakat melalui pemerintah daerah. Tujuan dari konsep ini adalah agar terwujud pembangunan yang berkelanjutan yang memberikan jaminan bagi generasi pada saat ini dan generasi pada masa yang akan datang.
Anshar Nur juga menyampaikan salah satu kendala penerapan PDRB Hijau ini, yaitu nilai yang dihasilkan adalah lebih kecil dari PDRB konvensional. Kondisi ini menyebabkan pendekatan PDRB Hijau sulit diterapkan untuk kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Meskipun demikian, PDRB Hijau dapat dijadikan salah satu instrumen perhitungan indikator kesejahteraan. []