Isma: Banker and Entrepreneur

Ismayanti, biasanya dipanggil Isma, lahir dibulan Januari pada tanggal 14 tahun 1995. Memiliki Predikat lulus dengan pujian dengan waktu 3,5 tahun. Perempuan lincah ini berpendapat bahwa mendewasakan dan mencari jati diri serta merancang masa depan lebih dini itu ibarat sudah menjadi keharusan baginya. Hal itu terbukti mulai dari pengalamannya balapan lulus kuliah agar biaya tidak bengkak, mengikuti organisasi, magang disalah satu perusahaan kontraktor, bekerja part time di berbagai jenis restoran, tenant, koperasi sampai memiliki usaha makanan dan online shop sendiri sehingga menjadi pengalaman paling berharga Isma semasa kuliah.

Saat ini Isma bekerja sebagai salah satu supervisor, yang sedang menjalani train manager di salah satu bank BUMN di Indonesia dan Ia juga mempunyai satu tenant yang memiliki dua pegawai. Sebagai orang yang memiliki pekerjaan dan usaha secara bersamaan managing waktu sangat penting baginya. Salah membagi waktu maka cuan saya juga berkurang, ungkapnya.

Ketika ditanya alasan mengapa Ia bekerja di perbankan, ada behind story yang cukup menarik. Jadi, tawaran dan email pertama yang ia terima untuk mengikuti psikotes menjadi Banker ini didapat ketika baru saja Ia melaksanakan Yudisium. Isma pun awalnya kurang yakin dengan dirinya yang masih freshgraduate dapat di terima menjadi train manager.

“Mungkin orang-orang menyebutnya sebagai keberuntungan, tapi menurut saya tidak ada yang namanya hanya kebetuntungan. Keberuntungan itu tercipta ketika kesempatan bertemu dengan kemampuan, jelasnya.

Singkat cerita, Ia di terima dan menjalani pendidikan diberbagai cabang di indonesia selama 2  (dua) tahun. Semakin Ia mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan yang terbuka menurutnya pekerjaan ini cocok untuk Ia jalani. Kalau usaha makanan di tenant berawal dari hobinya dalam memasak dan berdagang. Menariknya, setiap usaha yang ia lakukan selalu menyisipkan sisi sosial kemanusian dimana Ia bercita-cita jika membuka tenant-tenant selanjutnya ingin mempunyai pegawai mereka yg berasal dari jalanan (misal: pengamen) lalu dibimbing dan di didik agar mempunyai skill yang lebih layak.

Mengenai Kuliah di IESP, ia berpikir dulu IESP ini adalah jurusan FKIP ekonomi. Ia sendiri berasal dari perkampungan, mendaftar melalui jalur SNMPTN dan tidak banyak terinfo sekaligus alumnus IESP dikampungnya juga sangat jarang. Oleh karena itu menurutnya, sosialisasi pengenalan jurusan ke sekolah-sekolah itu sangat penting. Namun, meskipun Ia salah paham mengenai Jurusan yang diambilnya ketika mendaftar SNMPTN, ternyata Isma lulus dan tidak mau Ia lewatkan dan melawan takdir karena Ia tipikal orang yang tidak mau ribet dalam berbagai urusan. “Berpegang prinsip pada takdir adalah jalan ninjaku”, candanya. Walaupun “salah paham” tersebut ia juga adalah orang yang logis, jika sangat bertentangan dengan rancangan masa depan, maka pasti Isma akan pindah jurusan pada saat itu, namun yang Ia rasakan sekarang berbeda apalagi saat training di Jakarta dan bertemu rekan dari berbagai Univeritas lain, jurusan IESP merupakan jurusan favorit dikampus lain tersebut. Saya pikir ini hanya kurangnya masalah promosi dan perspektif lama yang belum di berubah, kritisnya.

Perbankan merupakan salah satu elemen dalam pembangunan ekonomi nasional. Perbankan pun turut andil dalam memakmurkan negeri, menghimpun dana kemudian menyalurkannya kembali adalah tugas besar bagi perbankan. Bekerja di Perbankan menurutnya sangat relavan dengan jurusan yang Ia ambil ketika kuliah. IESP memberikan pemikiran ekonomi secara makro dan mikro, perbankan dilihat dari sisi makro dan mikro membantu pembangunan dan tatanan ekonomi nasional, menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk menyalurkan dana secara mikro kepada masyarakatnya.

Pesan Isma kepada mahasiswa IESP, “Nikmatilah masa kuliah kalian dengan hal hal baru yang dan positif, ikut organisasi boleh tapi jangan sampai terlena apalagi mengganggu tujuan utama kuliah, sesekali jangan malu menjadi mahasiswa yang kuliah sambil kerja. Karena begitu masuk dunia kerja, pengalaman kerja sekecil apapun itu lebih diapresiasi ketimbang yang lain. Passion di masa kuliah kadang sering gonta ganti gak papa, yang terpenting terus mau berusaha mengenali diri kalian sendiri, yang namanya pelajaran bukan cuma di dapat di bangku kuliah duduk bersama dosen, semua hal pasti ada pelajaran didalamnya tinggal di filter aja mana yang baik dan mana yang buruk. Open mainded juga penting, jangan pernah menjudge temen kamu hanya karna dia beda pendapat”, pesannya.

Terakhir Isma berharap jurusan IESP menjadikan mata kuliah magang menjadi pilihan wajib bagi mahasiswa. Kemudian Ia juga berharap jurusan sering mengadakan seminar terkait dunia kerja untuk membuka mata para mahasiswa agar lebih siap dalam menghadapi dunia kerja, lebih banyak kerjasama dengan praktisi-praktisi dunia kerja dalam seminar-seminar dikampus, mengadakan perjalanan studi sekaligus wisata di luar daerah, agar bisa melihat budaya baru, dan kerjasama dengan universitas lain untuk bertukar budaya. Namun bukan perorangan melainkan satu kelas, tambahnya.[]