Dampak Epedemic COVID-19 terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menegah di Kota Banjarmasin

Bebarapa bulan terakhir dunia di sibukkan dengan merebaknya wabah virus corona atau lebih dikenal dengan COVID-19, yang juga terjadi di Negara Indonesia dan termasuk Kota Banjarmasin. Walaupun di Kota Banjarmasin kasus wabah COVID-19 tidak sebesar Nasional secara keseluruhan, namun tetap menjadi kekhawatiran akan menggangu jalannya perekonomian Di Kalimantan Selatan lebih khususnya Kota Banjarmasin. Salah satu Dosen muda di Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis ULM yang merupakan peneliti muda Akhsanul Rahmatullah, S.E.,M.E berpendapat bahwa pengaruh COVID-19 terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dikota Banjarmasin jelas sangat berdampak terutama disektor unggulan dalam ekonomi kreatif seperti sektor kuliner, dimana para pelaku usahanya terdiri dari para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Sektor UMKM adalah sektor yang paling pertama terdampak wabah COVID-19.

Berkaca pada krisis tahun 1998, sektor ini cenderung aman. Namun, sekarang situasinya berbeda. Sektor UMKM adalah sektor yang juga terpukul. Padahal, selama ini biasanya menjadi safety net. Sekarang mengalami pukulan yang sangat besar, karena adanya restriksi kegiatan ekonomi dan sosial yang memengaruhi kemampuan UMKM. Padahal saat menghadapi kondisi krisis tahun 1998, justru UMKM masih resilience. Namun, saat ini dalam kondisi COVID-19, UMKM terpukul paling depan karena ketiadaan kegiatan di luar rumah oleh seluruh masyarakat.

Kondisi saat ini di banjarmasin beberapa cafe, restoran, rumah makan bahkan usaha mikro masyarakat misalnya (Capucino Cincau) buka lebih siang dan tutup lebih awal, yang sedianya rumah makan restoran menyediakan dine in hanya boleh take a way. Selain itu beberapa rumah makan restoran pun menutup total usahanya dan meliburkan karywannya yang jelas hal ini mempunyai dampak terhadap omset usahanya dan perekonomian kota Banjarmasin.

Dari sisi lain, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan, dengan memberikan stimulus kepada masyarakat yang terdampak. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan yang telah ditandatangani Presiden Joko Widodo. Dalam Perppu ini, salah satu stimulusnya adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu yang memusatkan perhatian pada tiga hal. Yaitu : Pertama, kesehatan dan masalah kemanusiaan harus ditangani. Kedua, menjamin kondisi masyarakat terutama jaring pengaman sosial kepada masyarakat terbawah dan Ketiga bagaimana kita melindungi sedapat mungkin sektor usaha ekonomi supaya mereka tidak mengalami damage atau bisa bertahan dalam situasi sulit.

Dari sisi enterprenuer, hal paling miris adalah omset yang terjun bebas, Banyak proyek yang dibatalkan atau ditunda. Kondisi tersebut membuat kebingungan beberapa wirausaha tentang bagaimana untuk membayar gaji karyawan dan THR nya, lalu masih ada invoice yang harus dibayar. Hal ini merupakan beberapa problem yang dihadapi para entrepreneur dalam menghadapi COVID-19.

Dosen kewirausahaan ini memberikan beberapa pilihan seperti apakah melalui Pivot , Memangkas Pengeluaran , menjual produk yang tersisa , beriklan, atau Melakukan negosiasi. Pilihan Mana yang terbaik yang dapat dilakukan. Menurut beliau, Beda industri beda Permasalahan juga beda pula Cara Penyelesaian masalahnya. Berdasarkan pengalaman pribadi, karena termasuk pelaku didalam industri kreatif, ada beberapa point yang dapat kita pegang dan efektif untuk diterapkan dalam dunia usaha mikro kecil dan menengah, yaitu sebagai berikut :

  1. Menjaga likuiditas perusahaan/usaha itu penting. Sebagai penanggung jawab usaha ditengah epidemic COVID-19 ini, kita harus tahu berapa dana yang diperlukan untuk mencukupi “kewajiban” jangka pendek.
  2. Membangun hubungan baik antara perusahaan/usaha dan karyawan. Harus ada kebijakan yang dapat memberikan win-win solution terhadap karyawan sekalipun omset kita menurun karena employee sebagai bagian penting dari perusahaan dan saling menjaga untuk menghadapi kondisi-kondisi kritis.
  3. Membangun Sustainable Economy/Doughnut Economy. Bahwa bisnis bukan hanya untuk keuntungan pribadi tetapi sebagai sarana untuk peduli kepada manusia dan lingkungan.

Terakhir beliau mengajak kita untuk terus belajar dan bertumbuh lebih siap kedepannya dan berharap Epidemic COVID-19 ini segera berakhir. Aamiin Yaa robbal Alamin.

Leave a Reply