COVID-19, Waspadai Dampak Ekonomi Kalsel Jika Tidak Ada Terobosan Kebijakan

Pada rabu (16/03) yang lalu, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan kembali mengadakan diskusi ekonomi. Tema yang diangkat kali ini sangat menarik yaitu mengenai Outlook Ekonomi Kalsel saat adanya wabah Virus COVID-19. Pemateri, Prof Handry Imansyah, membuka diskusi dengan menjelaskan mengenai perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang melambat dan Harga Komoditas Ekspor yang memburuk, serta index harga batubara dan minyak mentah yang diperkirakan akan jatuh.

Selain itu, beliau menjelaskan bahwa Kurs rupiah terhadap dolar yang semakin menurun juga dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ekonomi kalsel. Kemudian beliau juga menggunakan perkiraan krisis dengan metode signal 2019, didapat hasil bahwa kalsel berpotensi akan terjadi krisis, paparnya. Hal ini juga didasarkan keadaan sebelum terjadi wabah COVID-19, Kalsel mengalami pertumbuhan negatif pada komoditas utama. Terjadi pertumbuhan negatif ekspor ke negara tujuan utama ekspor seperti India dan Jepang yang di atas -10%, kecuali Tiongkok yang masih sekitar -10%. Ke depan justru akan lebih besar negatifnya dengan virus Corona Padahal kedua negara yaitu India dan Jepang ini memiliki pangsa pasar ekspor Kalsel sekitar 30% dan ditambah dengan Tiongkok berkisar 60%.

Terakhir, peneliti senior jurusan IESP Ini menjelaskan bahwa berbagai indikator indikator ekonomi di Kalsel kurang memberikan harapan, karena perekonomian dunia yang melambat. Pertumbuhan Ekonomi Kalsel akan tumbuh namun melambat, diperkirakan tumbuh hanya antara 3-4,5% dengan kondisi yang ada dan jika tanpa ada kebijakan terobosan.

Adapun menurut beliau kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan perekonomian terhadap sektor primer, pertama, perlu dikembangkan sektor lain seperti industri yang berbasis pertanian serta jasa pariwisata. Kedua, Investasi di bidang sumber daya manusia akan memberikan dampak jangka Panjang peningkatan produktivitas. Ketiga, pemerintah daerah harus memberikan iklim investasi yang mudah, belanja modal dan infrastruktur yang efisien dan efektif untuk menunjang sektor pariwisata. []