Rusdiansyah: Bonus Demografi akan Menjadi Bumerang Jika Salah Kelola

Saat ini Indonesia telah menikmati bonus demografi. Menurut BPS (2012), diperkirakan bonus demografi tersebut akan mencapai puncaknya pada periode 2025. Akankah bonus demografi Indonesia memberikan keuntungan ekonomi? Dosen Jurusan IESP yang mengampu mata kuliah Ekonomi Kependudukan dan Ekonomi Sumber Daya Manusia (ESDM) Rusdiansyah memberikan ulasannya mengenai hal tersebut.

Drs. Rusdiansyah, MP

Bonus demografi terjadi jika jumlah penduduk usia produktif (15-64 thn)  lebih besar dari jumlah penduduk non usia produktif. Salah satu indikator utama untuk melihat adanya bonus demografi adalah Rasio Ketergantungan (dependency ratio), yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Semakin kecil rasio ketergantungan semakin berkurang beban ekonomi yang ditanggung oleh penduduk usia produktif.

Berdasarkan data BPS, pada tahun 1970an, angka rasio kertegantungan mencapai 86 persen yang artinya setiap 100 penduduk Indonesia menanggung 86 penduduk yang tidak produktif. Angka ini terus menurun dan berdasarkan hasil sensus 2010, tingkat ketergantungan turun menjadi 53 persen. Diperkirakan angka rasio ketergantung berapada pada posisi paling rendah pada tahun 2025 yaitu sebesar 44 persen.

Menurut Rusdiansyah, bonus demografi merupakan modal dasar pembangunan jika keuntungan ini dikelola dengan benar. Tetapi bonus demografi juga laksana pedang bermata dua. Bila kita salah dalam mengelolanya maka bonus demografi akan menjadi bumerang bagi pembangunan.

Kapan bonus demografi akan menjadi bumerang? Yaitu ketika kesempatan akan mendapatkan bonus demografi tidak disertai dengan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Akibatnya sumber daya manusia yang berlimpah dari sisi kuantitas justru tidak produktif dan menjadi beban ekonomi negara.

Rusdiansyah memaparkan ada 3 variabel utama yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu pemenuhan kebutuhan akan pendidikan (need for education), kesehatan (need for health), dan jaminan akan ketersediaan pekerjaan (need for security). Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan ketiga macam kebutuhan tersebut (basic needs) merupakan faktor penting untuk menciptakan angkatan kerja (labor force) yang berkualitas yang akan menjadi penopang keuntungan bonus demografi. Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut akan menimbulkan biaya yang tidak sedikit tetapi harus mencukupi agar dapat direalisasikan.

Menurut Rusdiansyah, jika kualitas sumber daya manusia dari angkatan kerja Indonesia dapat ditingkatkan, maka dampaknya adalah pada naiknya produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat produktivitas semakin besar kontribusinya untuk peningkatan pendapatan nasional. Dalam hal ini kenaikan pendapatan nasional tersebut dapat digunakan untuk investasi sumber daya manusia (human investment) Indonesia tersebut.[]  

Leave a Reply