Asosiasi Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) menyebutkan sudah ada 4 perusahaan ekspedisi anggotanya yang gulumg tikar sebagai akibat kenaikan tarif kargo yang sangat tinggi yang membuat biaya operasional pengiriman (fright cost ) melambung. Hal ini menyebabkan menurunnya pelanggan yang menggunakan jasa logistik sehingga antara pendapatan dan biaya usaha menjadi sangat tidak seimbang. Terkait permasalahan ini, Dewi Rahayu mengemukakan beberapa pandangannya.
Menurut Dewi, meskipun belum besar pada saat ini, efisiensi dan penutupan perusahaan logistik berdampak pada berkurangnya lapangan kerja dan bertambahnya pengangguran. Permasalahannya, semakin mahalnya biaya logistik berimbas negatif pada sektor-sektor yang berkaitan dengan jasa logistik tersebut.
Sektor-sektor yang sangat mengandalkan jasa pengiriman barang dalam bisnisnya seperti e-commerce atau toko online yang sedang marak di Indonesia merupakan pihak yang paling terkena imbasnya. Otomatis banyak UMKM yang selama ini mengandalkan perdagangan online dan jasa logistik akan mengalami penurunan omset karena konsumen mulai membatasi belanjanya. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka dampaknya akan lebih luas bagi perekonomian.
Dewi menyarankan agar pemerintah turun tangan untuk mengatasi kondisi ini, terutama dengan penanganan pada muara masalah kenaikan biaya logistik, yaitu naiknya biaya tarif kargo yang dikenakan oleh maskapai penerbangan. Naiknya tarif kargo ini berkaitan dengan naiknya harga tiket pesawat, di mana operator penerbangan beralasan itu sebagai upaya untuk menutupi kenaikan harga avtur. Di sinilah pemerintah selaku regulator harus tegas terhadap operator penerbangan dan mengendalikan harga bahan bakar pada tingkat yang wajar. []